Dalam dunia psikologi, perasaan kosong dan hampa (emptiness) merupakan kondisi terkait perasaan dimana seseorang tidak merasakan senang, bahagia, harapan, kepuasan, atau keinginan terhadap sesuatu dalam kehidupan.
Sebagai seorang muslim kita tentu mengetahui bahwa tujuan kita diciptakan di dunia ini adalah bukan untuk bermain-main, melainkan untuk beribadah kepada Allah.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dan pengibadahan kepada Allah adalah fitrah yang telah Allah tanamkan pada diri setiap manusia, baik muslim maupun kafir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam hadits yang lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Sesungguhnya Aku menciptakan para hamba-Ku semua dalam keadaan hanif (lurus dan cenderung pada kebenaran) dan sungguh (kemudian) para syaitan mendatangi mereka lalu memalingkan mereka dari agama mereka” (HR. Muslim)
Maka ketika seseorang berpaling dari fitrahnya, akan ada suatu celah yang tidak terisi pada dirinya.
Jiwanya meronta, mencari, berusaha memahami apa yang salah di hatinya. Kehidupan pun terasa sempit baginya.
Ini sesuai dengan firman Allah ta’ala,
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit” (Q.S Thaha: 124)
Oleh karena itu hanya ada satu solusi untuk menghilangkan kekosongan tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ya Allah Al Ahad, semoga kami, kel, shbt dan kel nya dapat terhindar dari perasaan kosong, hampa dan tidak bahagia,istiqomah dalam berdzikir agar selalu mengingat-Mu.
Aamiin Ya Robbal'alamin
Silahkan yang mau lagi membaca materi ibadah, dapat langsung klik label ibadah. Atau dapat klik disini.
No comments:
Post a Comment