A. Kompetensi Dasar
3.5. Menganalisis proses kerja pembuatan
prototype produk barang/
B.
Indikator
Pencapaian Kompetensi
3.5.1. Memahami Tahapan-tahapan Pembuatan
prototype produk barang/jasa
3.5.2. Mengidentifikasi keunggulan dan
kelemahan prototype
3.5.3. Menentukan Proses kerja pembuatan
prototype produk barang/jasa
3.5.4. Menganalisis proses kerja pembuatan
prototype produk barang/jasa
4.5.1. Membuat alur dan proses kerja pembuatan
prototype produk barang/jasa
C.
Materi
Prototipe produk (purwa–rupa produk)
adalah bentuk dasar dari sebuah produk merupakan tahapan yang sangat penting
dalam rencana pembuatan produk karena menyangkut keunggulan produk yang akan
menentukan kemajuan suatu usaha di masa mendatang.
Tahapan Pembuatan Prototype Dan Kemasan Produk
Barang/Jasa
Tahapan
prototype sebelum mendesain produk barang atau jasa ada beberapa tahapan yang
harus diperhatikan, yakni sebagai berikut :
a)
Pendefenisian
produk
Merupakan penerjemahan konsep
teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen kedalam bentuk
perancangan termasuk aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan
terhadap konsumen.
b)
Working Model
Dibuat tidak harus mempresentasikan
fungsi produk secara keseluruahan dan di buat pada skala yang sepelunya saja
untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk, dan menenmukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan konsep yang telah di buat.Working model juga dibangun untuk
menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototype rekayasa.
c)
Prototipe rekayasa
(engineering prototype)
Dibuat seperti halnya working model,
namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari
working model, dibangun mencapai tingkat
kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototype produksi atau
untuk dilanjutkan pada tahap produksi. Prototype rekayasa ini dibuat untuk keperluan
pengujian kinerja opersioanal dan kebutuhan rancangan system produksi.
d)
Prototipe produksi
(production prototype)
Bentuk yang dirancang dengan seluruh
fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan metode produksi dibangun pada
skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk
dan partnya.
e)
Qualifield
production item
Dibuat dalam skala penuh berfungsi
secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan
produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan
terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.
Untuk mematangkan produk yang hendak
diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki pasar untuk melihat
ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung
jawab, ketahanan dan kerusakan (wear–and–tear), pelanggaran, siklus breakeven
dan polusi, dan konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.
f)
Model
Model merupakan alat peraga yang
mirip produk yang akan dibangun (look– like–models). Secara jelas menggambarkan
bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau
diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan
produk maupun lingkungan user.
Proses Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang Atau
Jasa
Diagram Alur Proses Produksi (Production Flow Chart
Diagram)
Diagram alur proses produksi ini
harus dibuat secara jelas terlebih dahulu sebelum suatu proses produksi
dijalankan. Berdasarkan diagram alur proses produksi tersebutlah pengetesan dan
monitoring atas barang dalam proses produksi (work in process) harus dilakukan
agar produk akhir bermutu sesuai dengan rencana. Seandainya timbul variasi mutu
pun, tingkat toleransinya dari penyimpan masih dalam batas-batas yang dapat
diterima. Artinya, melalui tes-tes pada berbagai tahapan proses produksi harus
dilakukan agar bila terjadi komponen atau barang yang cacat (defect) dapat
segera diketahui untuk segera ditindak lanjuti. Masing-masing jenis industri
manufaktur mempunyai diagram alur proses produksi yang berbeda satu sama lain
karena produk yang harus dihasilkan berbeda. Bahkan untuk produk yang sejenis
pun, diagram alur proses produksinya belum tentu persis sama karena
masing-masing mempunyai ciri khas atau spesifikasi sendiri-sendiri.
Diagram alur proses produksi yang
berbeda produk, misalnya diagram alur proses produksi tekstil sama sekali
berbeda dengan diagram alur proses produksi pembuatan obat-obatan (farmasi).
Akan tetapi, walaupun sama-sama industri manufaktur farmasi (obat-obatan),
diagram alur proses produksinya dapat berbeda, misalnya yang satu berbentuk
tablet, sedangkan yang lain berbentuk cair.
Prosedur pengawasan mutu produk
Pengawasan
atas mutu suatu barang hasil produksi, seyogyanya meliputi pengetahuan
hal-hal
berikut :
1.
Kerusakan dan Mutu Produk
Seperti telah dijelaskan bahwa suatu
barang (jasa) dibuat melalui suatu proses. Proses pembuatan tersebut
disesuaikan dengan bentuk dan mutu barang yang ingin dihasilkan.
2.
Mencegah atau
Menghindarkan Terjadinya Kerusakan Barang (produk)
Kiat utama dari pencegahan kerusakan
suatu produk sebenarnya sangat sederhana saja, yakni kerusakan harus dicegah
sebelum terjadi.
3.
Kendali Mutu Terpadu
Uraian di atas menunjukkan bahwa
mencegah terjadinya kerusakan produk selama proses produksi, berarti mengadakan
suatu rangkaian kegiatan terpadu dalam pengendalian mutu. Bila ada pengendalian
atau controlling atas mutu tentunya harus dimulai sejak perencanaan (planning)
mutu produk bersangkutan. Antara tahap perencanaan dan tahap seperti
pengorganisasian (organizing) dan pelaksanaan (actuating) harus disertai
pengawasan mutu. Hal ini memberi gambaran bahwa manajemen mutu (quality
management) meliputi berbagai apsek keikutsertaan (participation) dari berbagai
pihak di dalam perusahaan yang menghasilkan suatu produk yang mutunya harus
dikendalikan.
Jenis-jenis pengawasan mutu produk
1.
Pemantauan Mutu
Bahan-Bahan
Apakah bahan baku yang digunakan
sesuai dengan mutu yang direncanakan? Hal ini perlu diamati sejak rencana
pembelian bahan, penerimaan bahan di gudang, penyimpanan di gudang, sampai
dengan saat bahan baku tersebut akan digunakan.
2.
Pemantauan Proses
Produksi
Bahan baku yang telah diterima di
gudang, selanjutnya akan diproses dalam mesin-mesin produksi untuk diolah
menjadi barang jadi. Dalam hal ini, selain cara kerja peralatan produksi yang
mengolah bahan baku dipantau, juga hasil kera mesin-mesin tersebut dipantau
agar menghasilkan barang sesuai yang direncanakan.
3.
Pemantauan Produk
Jadi
Pemeriksaan atas hasil produksi jadi
untuk mengetahui apakah produk sesuai dengan rencana ukuran dan mutu atau
tidak. Sekaligus untuk mengetes mesin yang mengolah selama proses produksi.
Bila produk atau produk setengah jadi sesuai dengan bentuk, ukuran, dan mutu
yang direncanakan maka produk-produk tersebut dapat digudangkan.
Selanjutnya
dipasarkan (didistribusikan). Namun bila terdapat barang yang cacat maka barang
tersebut harus dibuang atau remade dan mesin perlu disetel kembali agar
beroperasi secara akurat.
4.
Pemantauan
Pengepakan
Bungkus dapat merupakan alat untuk
melindungi barang agar tetap dalam kondisi sesuai dengan mutu.
Metode statistik diketahui telah
digunakan sejak lama dalam rangka membantu perusahaan dalam masalah tertentu yang
kompleks. Walaupun demikian, metode statistik sebenarnya mempunyai ketentuan
tertentu dalam pelaksanaannya. Suatu hal yang perlu diketahui adalah bahwa
dalam industri ternyata statistik merupakan salah satu alat untuk pengendalian
mutu, termasuk dalam pencegahan kerusakan barang (defect prevention).
Ø Menghitung
jumlah kerusakan barang dalam proses produksi.
Ø Kerusakan
atau cacatnya barang, sebenamya merupakan akibat terjadinya penyimpangan
(variasi atau deviasi) dalam proses produksi. Metode statistik dapat memberi
gambaran tentang penyimpangan-penyimpangan tersebut.
Secara umum dari metode statistik
dapat diperoleh suatu gambaran tentang data sampel yang dianalisis. Gambar
tersebut dapat memberikan visualisasi dengan jelas tentang data tersebut
sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan (kerusakan) atau tidak.
Dari
hal pengendalian mutu, peranan seorang supervisor mutu sangat berperan terutama
dalam hal mengumpulkan data statistik, menganalisis, dan menyimpulkannya.
Seorang supervisor mutu dapat memberikan informasi yang cepat dan tepat kepada
pihak manajemen tentang hasil produk, apakah di bawah atau sesuai dengan
standar mutu yang direncanakan.
Alat kendali mutu
Dengan
Statistic Quality Control diperoleh alat bantu kendali mutu berupa diagram dan
histogram.
1.
Diagram Pengendati
Mutu (Quality Control Chart)
Dari tiap jenjang dalam DAP, Anda,
dapat membuat suatu rencana kerja pemantauan agar produk yang dihasilkan sesuai
dengan mutu yang direncanakan. Pada tahap ini Anda, membuat suatu control chart
(diagram pengendali) yang dapat digunakan untuk memperoleh gambar atau diagram
sebab akibat (DSA) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Cause and
Effect Diagram (CED).
2.
Histogram
Dari diagram kontrol (diagram
kendali) yang dik:umpulkan secara statistik pada berbagai tahap atau jenjang
kegiatan, Anda, kemudian dapat membuat suatu histogram mutu. Bila terdapat
penyimpangan, Anda akan mengetahui berapa besar penyimpangannya dan faktor apa
yang menyebabkannya. Selanjutnya, mungkin perlu dibuat suatu tindakan koreksi
atau. perbaikan.
3.
Peranan Komputer
Secara umum dapat dikemukakan di sini
bahwa berbagai kegiatan pengendalian, terutama pada perusahaan besar,
seyogianya menggunakan program komputer sesuai dengan kebutuhan.
Tetapi,
patut Anda ketahui bahwa komputer hanyalah merupakan alat bantu analisis.
Adapun faktor yang penting dalam pengendalian mutu adalah manusia.
Berdasarkan karakteristiknya
prototipe sebuah sistem dapat berupa low fidelity dan high fidelity. Fidelity
mengacu kepada tingkat kerincian sebuah sistem (Walker et al, 2003). Low
fidelity prototype tidak terlalu rinci menggambarkan sistem. Karakteristik dari
low fidelity prototype adalah mempunyai fungsi atau interaksi yang terbatas,
lebih menggambarkan kosep perancangan dan layout dibandingkan dengan model interaksi,
tidak memperlihatkan secara rinci operasional sistem, mendemostrasikan secara
umum feel and look dari antarmuka pengguna dan hanya menggambarkan konsep
pendekatan secara umum (Walker et al, 2003).
Prototipe ini mempunyai interaksi
penuh dengan pengguna dimana pengguna dapat memasukkan data dan berinteraksi
dengan dengan sistem, mewakili fungsi-fungsi inti sehingga dapat mensimulasikan
sebagian besar fungsi dari sistem akhir dan mempunyai penampilan yang sangat
mirip dengan produk sebenarnya (Walker et al, 2003).
Fitur yang akan diimplementasikan
pada prototipe sistem dapat dibatasi dengan teknik vertikal atau horizontal.
Vertical prototype mengandung fungsi yang detail tetapi hanya untuk beberapa
fitur terpilih, tidak pada keseluruhan fitur sistem. Horizontal prototype
mencakup seluruh fitur antarmuka pengguna namun tanpa fungsi pokok hanya berupa
simulasi dan belum dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya
(Walker et al, 2003).
Kita
bisa menganalisis kegiatan prototyping berdasarkan empat dimensi sebagai
berikut :
a.
Dimensi Representasi, Dimensi Representasi
berarti menggambarkan bentuk prototype, misalnya potongan lis dan panel gypsum,
potongan dempul, dan lainnya.
b.
Dimensi Presisi, Dimensi Presisi
menggambarkan tingkat ketelitian prototype yang akan dievaluasi; Dalam dimensi
tersebut, bentuknya kasar atau halus.
c.
Dimensi Interaktif, Dimensi Interaktif
menggambarkan sejauh mana hubungan antara konsumen dengan prototype yang dibuat
oleh seorang wirausaha. Misalnya, apakah pihak pembeli menyukai layanan dan
produk kreatif yang ditawarkan.
d.
Dimensi Evolusi, Dimensi Evolusi
menggambarkan prediksi siklus hidup dari suatu prototype, misalnya prototype
tersebut bersifat sekali pakai atau permanen.
Tahap-tahap dalam prototyping boleh
dikatakan merupakan tahap-tahap yang dipercepat. Strategi utama dalam
Prototyping adalah kerjakan yang mudah terlebih dahulu dan sampikan hasil
kepada pengguna sesegera mungkin.
Prototyping
dibagi ke dalam enam tahapan sebagai berikut :
a.
Mengidentifikasi model
prototype. Dalam bagian ini, pihak wirausahawan menjadi mengerti apa saja yang
ada di dalam badan usaha yang mereka buat.
b.
Rancang bangun prototype.
Dalam rancang bangun bisa dibantu oleh seperangkat computer serta software CASE
(Computer-Aided System Engineering) supaya bisa mendesain produk yang baru dan
kompeten.
c.
Uji prototype untuk
memastikan prototype dapat dengan mudah dijalankan untuk tujuan demonstrasi.
d.
Siapkan prototype USD
(User’s System Diagram) untuk mengidentifikasi bagian-bagian dari produk yang
di- prototype-kan.
e.
Evaluasi dengan pengguna
untuk mengevaluasi prototype dan melakukan perubahan jika diperlukan.
f.
Tranformasikan prototype
menjadi produk nyata dan dibutuhan konsumen sebagai sebuah sampel atau contoh.
Faktor-faktor Penentu dalam Proses Strategi Pembuatan
Prototype
Berikut
ini disajikan berbagai faktor-faktor yang ada di dalam strategi prototyping :
1.
Prototyping bisa berupa
subsistem, serangkaian dari beberapa subsistem, atau keseluruhan sistem
Kita
akan membuat sistem yang besar, mungkin hal terbaik yang bisa dilakukan adalah
memecahnya menjadi subsistem-subsistem yang lebih kecil yang masing-masing
subsistem dapat dianalisis berdasarkan strategi yang paling optimal.
2.
Melakukan Prototyping
atas bermacam-macam konsep dengan melakukan Prototyping atas satu konsep
Ketika
hanya ada satu atau dua konsep produk saja yang memungkinkan besar akan dipilih
untuk dikembangkan, perkembangan prototype dalam jumlah banyak pada masa awal
akan memberikan umpan balik penting bagi perancang.
3.
Pembuatan prototype bisa
dilakukan oleh pihak luar atau dilakukan oleh seorang wirausaha itu sendiri
Melakukan
penyerahan urusan pembuatan produk hanya kepada pihak luar dapat membengkakkan
biaya dan waktu sehingga lebih baik dibuat sendiri.
4.
Fisik pada suatu
prototype dapat dibuat ukuran skala
Ketika
kita sedang berurusan dengan produk yang berukuran besar, seperti pilar untuk
bangunan rumah bertingkat, kita tidak akan mungkin membuat prototype yang sama
ukurannya dengan produk akhirnya (kecuali untuk keperluan uji akhir). Oleh
karena itu, kita bisa membuat skala fisiknya untuk mengetes aspek-aspek
tertentu dalam desain produk tersebut atau bisa dibuat prototype potongan yang
bisa disambung saat pembangunannya.
5.
Hasil akhir suatu bentuk
usaha dapat dibuat skala lewat prototype
Mungkin
merupakan suatu hal yang bagus apabila perancang dapat merancang prototype yang
mampu mencakup beberapa persyaratan desain dalam satu waktu. Hal ini bertujuan
agar perancang dapat membuat evaluasi atas fitur yang diharapkan ada pada
produk tersebut. Dengan adanya skala fungsi, perancang akan merasa lebih mudah
dalam menguji prototype dan produk final yang memiliki sifat lebih kuat.
Referensi :
86
ReplyDelete