Setiap manusia hakikatnya adalah musafir. Kita datang dari Allah, hidup sebentar di dunia, lalu akan kembali pulang kepada-Nya. Namun sering kali, perjalanan hidup membuat kita lelah, tersesat, dan lupa arah. Di saat hati terasa jauh, jiwa terasa kosong, dan hidup kehilangan makna… Allah tidak membiarkan hamba-Nya berjalan sendirian. Allah mengirimkan Al-Qur’an bukan sekadar untuk dibaca, tetapi untuk ditilawahkan, dihidupkan, dan dijadikan jalan pulang menuju ketenangan dan ridha-Nya. Tilawah Al-Qur’an bukan hanya melafalkan huruf, tetapi perjalanan ruh kembali kepada asalnya. Inilah makna tema kita: Tilawah Al-Qur’an adalah jalan kembali pulang.
A. Dalil
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِّنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
“Wahai manusia! Sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)
Al-Qur’an turun untuk mengobati kegelisahan batin manusia, membersihkan hati dari keraguan, dan mengembalikan fitrah manusia kepada Allah. Ia bukan sekadar bacaan ritual, tetapi peta perjalanan ruhani agar manusia tidak tersesat di jalan dunia.
Tilawah Al-Qur’an adalah proses penyembuhan dan pengembalian arah hidup.
اقْرَؤُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya.” (HR. Muslim) Tilawah yang terus-menerus menjadikan Al-Qur’an sahabat setia di dunia menenangkan hati, di akhirat menuntun kita pulang dengan selamat.
B. Makna Tilawah dalam Perspektif Fii Zhilalil Qur’an
Dalam Fii Zhilalil Qur’an, tilawah bukan hanya Membaca dengan lisan tetapi juga:
• Menghadirkan hati
• Merenungi makna
• Tunduk dan berubah dengannya
Sayyid Qutb menyebut Al-Qur’an sebagai:
“Manhaj hayah” sistem hidup yang membawa manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya.
Setiap ayat yang dibaca dengan sadar adalah satu langkah pulang kepada Allah.
C. Kiat Istiqomah Bersama Al-Qur’an
1. Sedikit tapi rutin
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari & Muslim)
Karena cinta adalah sesuatu yang berulang dan kebiasaan kecil yang konsisten membentuk karakter dan ketenangan jiwa.
2. Jadikan Al-Qur’an kebutuhan, bukan beban
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
3. Tilawah dengan doa agar diberi pemahaman
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
(QS. Thaha: 114)
D. Hikmah Bersahabat dengan Al-Qur’an
Hati lebih tenang dan lapang, Hidup lebih terarah, Dosa-dosa dilembutkan oleh taubat, Doa lebih mudah dikabulkan, Kematian tidak menakutkan karena tahu jalan pulang. Al-Qur’an bukan hanya menemani hidup, tetapi menuntun saat kembali kepada Allah.
Mari kita tilawahkan Al-Qur’an bukan sekadar agar selesai dibaca, tetapi agar jiwa kita menemukan jalan pulang.
اللَّهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قُلُوبِنَا، وَنُورَ صُدُورِنَا، وَجَلَاءَ أَحْزَانِنَا، وَدَلِيلَنَا إِلَيْكَ حَتَّى نَلْقَاكَ وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا.
Artinya:
“Ya Allah, jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami, cahaya dada kami, penghapus kesedihan kami, dan penuntun kami menuju-Mu hingga kami bertemu dengan-Mu dalam keadaan Engkau ridha kepada kami."
Aamiin aamiin aamiin yaa robbal'alamin






No comments:
Post a Comment